Senin, 12 November 2012

JERITAN HATI YANG TIDAK TERDENGAR

Kamu pernah dan pastinya sering mendengar kalau sabar itu ada batasnya kan? Sebagai manusia yang tidak pernah luput dari salah dan khilaf ini pasti punya batas kesabaran. Satu atau dua kali melakukan tindakan yang sama masih bisa di maafkan, tapi jika terus-terusan, apa kamu tidak lelah dan capek menahan rasa itu? Jika ada yang beranggapan kalau orang yang tidak bisa sabar itu di sebut egois atau belum bisa dikategorikan dewasa, itu salah besar. Siapa juga yang mau disuruh sabar terus-terusan, sementara harga dirinya diinjak dan perasaannya diabaikan terus/tidak dihiraukan sama sekali. Hidup itu harus ada input dan outputnya juga. Jangan hanya meminta output dari orang saja, sementara diri sendiri tidak pernah dan tidak mau memberi input kepada sesama.

Rasanya aku sudah cukup sabar menahan ini semua. Ingin rasanya aku berteriak histeris agar seluruh dunia tahu kalau aku sudah jenuh dengan semua ini. Aku sudah cukup sering sabar dan mengalah. Bahkan sering menyimpannya sendiri perasaan itu. Sampai-sampai kepala ku jadi sakit dan sering nyut-nyutan. Tapi apalah daya,aku hanyalah seorang diri disini. Ingin rasanya menghubungi orang tuaku yang jauh disana. Namun aku tak ingin menambah beban pikirannya. Aku takut itu akan membuat mereka tidak tenang berada di negeri seberang. Sampai saat ini, hanya ibuku lah yang bisa mengerti dengan keadaanku. Hanya beliau yang bisa menyuntikkan ion positif dalam diri ini. dan hanya beliau juga yang menjadi tempat mengaduku sehari-hari. Sampai kaan aku bisa bersamanya lagi. Aku sudah capek dan lelah dengan semua ini. Aku hanya berharap semoga waktu ini cepat berjalan dan bertukar agar tanggal yang ku nanti-nanti segera datang dan bisa berbagi rasa dan keluh kesah ini dengan ibuku. Untuk saat ini, Cukuplah Allah dan diriku saja yang tahu dengan apa yang ku rasakan.

Jumat, 09 November 2012

Menjadi Pembimbing 3 Skripsi Untuk Teman



      Menjadi Pembimbing 3, kedengarannya memang aneh. Hampir di setiap Perguruan Tinggi tidak mengenal jabatan dosen sebagai pembimbing 3. Pembimbing berperan penting dan di butuhkan sekali oleh mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk menyelesaikan tugas akhirnya berupa makalah ataupun skripsi. Khusus di UNP, tepatnya Jurusan Bahasa Inggris, memberikan 2 pilihan kepada mahasiswanya untuk membuat tugas akhir berupa Makalah (Paper) dan Skripsi (Thesis). Kedua tugas akhir tersebut, bedanya hanya terletak pada jumlah BAB yang di tulis dan cara memperoleh datanya. untuk Paper, terdiri dari 4 BAB dan datanya hanya di peroleh dari teori-teori para ahli yang menulis dan pernah melakukan penelitian sebelumnya. Sedangkan Thesis, terdiri dari 5 BAB dan datanya diperoleh langsung dari penelitian yang dilakukan sendiri. Biasanya pembimbing itu paling banyak hanya dua, bahkan untuk yang menulis Paper hanya mendapat satu orang pembimbing saja.
     Sebagai mahasiswa tingkat akhir, saya sudah mulai menulis skripsi dan bimbingan pada awal semester 7. Waktu itu belum banyak teman seangkatan yang juga sudah mulai menulis. sehingga menjadi masalah juga karena kurangnya tempat untuk bertanya tentang skripsi kepada teman-teman selain kepada dosen pembimbing sendiri. Akhirnya, tanpa berpikir panjang, sayapun harus memberanikan diri bertanya-tanya kepada para senior yang sedang menulis dan yang baru saja di wisuda. Dengan harapan bisa menambah wawasan dan semangat untuk menyelesaikan tulisan ini sesegera mungkin. Tapi, ada satu hal yang membuat saya merasa kurang enak, yaitu ketika teman-teman sekelas dan se-BP yang memandang sebelah mata ketika saya sudah mulai menyusun. mereka pikir saya ada tujuan tertentu seperti ingin cepat married ataupun yang lain. Namun saya tidak terlalu menghiraukannya, saya tetap fokus dan memikirkan tulisan saya agar segera di-ACC pembimbing untuk seminar dan kompre. Akhirnya ketika saya sudah seminar, barulah teman-teman ini terbangun dari mimpinya untuk mencari judul skripsi atau makalahnya. Akhirnya mereka baru sadar kalau mereka sudah berada di tahun akhir dan ingin segera tamat/wisuda.
    Ketika saya sibuk bimbingan setelah seminar untuk mempersiapkan diri melakukan penelitian, teman-teman sudah banyak juga yang mulai bimbingan. Tidak sedikit juga yang sering bertanya ataupun mengkonsultasikan tulisan mentahnya kepada saya. Pada saat itulah teman-teman ini tidak memandang sebelah mata lagi dengan yang saya lakukan. ada beberapa teman yang sama-sama menulis skripsi sering bimbingan dengan saya dan menganggap saya ini sebagai pembimbing 3 nya. Setelah bimbingan dengan dosennya, mereka sering kebingungan memulai revisinya dari mana. Bahkan ada juga yang tidak paham apa maksud dari komentar yang diberikan dosennya. Pada saat itulah saya sebagai Pembimbing 3 bertindak. Tidak hanya itu, pembimbing 3 tidak hanya berkewajiban sebagai sambungan mulut dosen pembimbing, tapi juga sebagai motivator. Pada saat anak bimbingan sedang patah semangat dan putus asa karena mendengar komentar dosen pembimbing, karena sulit menemui dosen pembimbing, sulit menemukan sources atau sumber bacaan, karena yang ditulis itu salah terus, dosen pembimbing yang pikirannya bertentangan, dosen pembimbing yang plin-plan atau suka gonta-ganti komentar dan perintah di setiap bimbingan, dan masih banyak lagi. Disini saya sebagai pembimbing 3 harus turun tangan untuk mengatasi dan mencari solusi. Saya punya 4 orang anak bimbingan, 2 orang sudah wisuda satu periode dengan saya dan 2 orang lagi masih berjuang menyelesaikan tulisannya. Walaupun sudah tamat, bukan berarti tanggung jawab saya sebagai pembimbing 3 sudah tamat juga. masih ada 2 orang lagi yang harus saya seberangkan juga ke pulau sebelah, hehehe. Emangnya mereka para wisatawan yang akan diseberangkan ke pulau yang ingin mereka kunjungi. Begitulah sedikit kisah saya menjadi pembimbing 3. Bagi junior yang masih kuliah dan berada di tingkat akhir, manfaatkan waktu dan kesempatan semaksimal mungkin. Jangan bersantai-santai lagi jika tidak ingin menyesal dan iri melihat teman-teman senagkatan sudah wisuda duluan. Segera susun planning untuk menulis dan siapkan waktu khusus untuk nongkrong di perpustakaan mencari sumber dan bahan judul ataupun teori pendukung isi skripsinya. KEEP SPIRIT AND OPTIMIST IN YOUR LIVE

BY: Nu_N@ 




Kamis, 08 November 2012

KU BERSYUKUR PERNAH MENGENAL DIRIMU

KU  BERSYUKUR PERNAH MENGENAL DIRIMU


Tak pernah ada kata menyesal mengenal dirimu
Bersamamu aku lebih bisa menghargai hidup ini
Bersamamu aku lebih bisa bersyukur
Bersamamu aku menjadi lebih dekat dengan-Nya
Bersamamu aku menjadi lebih bersemangat memperbaiki diri
Bersamamu aku menjadi tahu dengan makna hidup yang sebenarnya
dan
Bersamamu juga aku bahagia
Terimakasih sudah mau hadir di dalam catatan perjalanan hidupku
Aku bersyukur bisa mengenal dirimu



BY: Nu_N@

Rabu, 07 November 2012

ANDILAU (PACARAN ATAU TA’ARUF ......????)



ANDILAU
(PACARAN ATAU TA’ARUF ......????)
November 5, 2012

ANDILAU (ANtara DIlema dan gaLAU), itulah kata-kata baru yang sering mengganggu dan berterbangan di pikiranku sejak pertengahan tahun ini.  Disebut pacaran nggak mau, tapi di sebut ta’aruf nggak juga. Sebagai korban percintaan, aku benar-benar  merasa terpukul harus menerima kenyataan ini. Ada rasa-rasa tidak percaya bahwa aku pernah menyandang gelar yang tidak enak untuk di dengar itu “mantan pacar”.  Sungguh benar-benar beban yang harus ku pikul sendiri karena sadar kalau ini memang ulah ku juga. Sampai-sampai keluar ikrar janji pada diri sendiri untuk menyendiri dan menenangkan pikiran tanpa mengenal yang namanya laki-laki (menutup diri dari laki-laki untuk sementara waktu).
Lama kelamaanpun penyesalan itu bisa dikurangi berkat nasehat dan anjuran dari beberapa orang termasuk tekad dari diri sendiri yang berjanji untuk merubah sikap dan tindakan. Setelah memudarnya penyesalan tersebut,aku sudah mulai berani membuka diri lagi untuk laki-laki. Aku sudah berjanji untuk tidak pacaran seperti dulu lagi. Bahkan kalau bisa, tak ada lagi yang namanya pacaran, yang ada hanya pacaran yang sah dan halal,pastinya setelah menikah. Sempat aku berpikir kalau dekat dengan seseorang, apalagi yang berkaitan dengan perasaan, aku inginnya langsung ta’aruf saja. Aku tahu kalau yang namanya ta’aruf itu bukanlah sebuah proses main-main yang memakan waktu lama dalam mengenal kepribadian lawan jenis, tapi itu sudah merujuk kepada tingkat yang lebih serius, yaitu menikah. Jika hati kecil tidak menerima kehadirannya maka di tolak saja dan cari calon yang lain, tapi jika hati kecil merasa cocok dan bisa menerimanya, maka terimalah lamarannya.
Jauh beda dan berbanding terbalik sekali antara ta’aruf dengan pacaran. Yang namanya pacaran, tidak pernah mengenal keseriusan. Pacaran hanya dikuasai oleh nafsu saja, tidak mempertimbangkan suatu hal dengan akal pikiran yang sehat, hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nafsu saja, hanya sebagai tempat untuk mencoba-coba mengenal lawan jenis lebih dekat, hanya menambah dosa dan kemurkaan Allah pada kita, hanya sebagai tempat para kumbang mengisap madu bunga dan setelah itu bunga tersebut diabaikan, dan hanya membuang waktu dan pikiran saja untuk memikirkan si Dia yang belum tentu mau bertanggung jawab atas semua tindakannya dan merangkul perempuan tersebut untuk menjadi pendamping hidupnya dunia akhirat.
Sekarang yang menjadi penyebab kegalauan itu, sebenarnya aku berada di posisi yang mana? Posisi pacarankah atau posisi ta’aruf. Itulah yang membuat aku bingung dan galau sebenarnya. Aku merasa belum mendapatkan jawaban yang pas dan memuaskan. Setiap detik dan setiap saat, pikiranku terus dibawa melayang apakah tindakanku ini disebut pacaran atau ta’aruf. Jika di bilang pacaran, aku tidak mau menggenggam erat tangannya setiap bertemu, aku tidak mau memeluk ataupun di peluknya, aku tidak mau boncengan dengannya, dan akupun tidak mau melakukan yang lebih parah dari itu seperti kiss dan sebagainya. Walaupun begitu kalau di bilang ta’aruf pun sepertinya tidak benar juga. aku tidak mendengar kata “melamar” darinya, aku tidak pernah di beri tanggal, bulan dan tahun yang jelas kapan dia mau menikahiku, aku pun masih belum melihat keyakinan dalam dirinya untuk menikahi ku. Semuanya serba tergantung dan kabur.
Di samping itu, belum lagi hal yang menjadi dilema bagiku. Haruskah aku tetap bersamanya dalam kondisi seperti ini atau sebaiknya aku meninggalkannya dan mengubah hidupku seperti 2 tahun yang lalu?. Aku tidak mungkin menarik janjiku dulu untuk menjadi temannya dan sekaligus pembimbing 3 nya. Aku tahu kalau itu janjiku sendiri untuk tidak meninggalkan anak bimbinganku sampai mereka semua merasakan kesenangan sesaat ketika memakai toga. Tapi anehnya, hati dan perasaan ini tidak bisa dibohongi jika terus bersamanya. Rasanya ingin terus bersamanya dan saling berbagi cerita tentang semua yang dirasakan. Satu hari saja tanpa komunikasi, hati ini sudah merasa rindu, aneh dan tidak tenang lagi. Sempat terpikir kalau itu tidak boleh terjadi pada diriku karena yang kulakukan itu bisa saja tergolong ke dalam istilah pacaran tadi.  Jadi apa yang sebaiknya ku lakukan? Haruskah aku meninggalkan dirinya sementara tanggung jawab ku sebagai pembimbing belum selesai, ataukah aku tetap bersamanya dengan menahan perasaan yang membuat pikiranku kacau tak menentu begini? Duuhhh....benar-benar membuat kepala dan otak ini harus bekerja keras mempertimbangkan baik buruknya.

MY POINT OF VIEW ABOUT “L-O-V-E”



MY POINT OF VIEW ABOUT “L-O-V-E”
November 3, 2012

Cinta
Satu kata yang tidak bisa dianggap remeh dan disepelekan
Satu kata yang melakukan kontak langsung ke hati tanpa perantara
Satu kata yang memiliki lima huruf,namun menyimpan segudang rasa

Aku begitu polos dan cuek dengan kata yang satu ini sejak dahulunya. Setiap saat hanya bisa menutup mata dan telinga ketika lingkungan sekitar terserang virus ini. Cinta memiliki defenisi yang berbeda bagi setiap jiwa yang menerjemahkannya.  Ketika melihat bunga dan kumbang yang sudah berpengalaman dalam menghadapi virus ini,tak sedikit yang memposisikan dirinya sebagai raja dan ratu yang lama kelamaan akan membuka sendiri bahwa dirinya merupakan korban cinta.
Cinta
Terlalu lama diriku terbuai dengan kata yang satu ini
Terlalu lama diriku berada di posisi ingin tahu lebih tentang ini
Terlalu lama diriku tertahan untuk melangkah mencoba kehidupan seperti ini
Terlalu lama diriku memakai antibodi agar tidak terkena virus ini
Terlalu lama aku mencegah diri ini agar tidak menjadi korban berikutnya

Namun seiiring pergeseran jarum jam setiap detiknya
Seketika itu juga terjadi perubahan dalam perjalanan hidupku
 Kata orang cinta itu menyenangkan, bisa menambah semangat belajar, bisa menjauhi diri dari kata kesepian, bisa menjadi sahabat di kala sendiri,bisa jadi tempat curhat di kala ada masalah, dan masih banyak lagi.
Ada juga yang berpendapat sebaliknya, cinta itu bikin sakit hati, bikin galau, mengganggu konsentrasi belajar karena terus memikirkannya, bikin miskin karena harus mengorbankan uang setiap pertemuan dengannya, buat traktir, beli pulsa tiap bentar,beli apa saja untuk memperindah penampilan di depannya (walaupun dia bukan suami), bikin hidup gak tenang karena takut di tinggal pergi, takut kalau dia selingkuh, cemburu berkepanjangan, dan banyak lagi pendapat lain dari korban percintaan.
Berhubung ada 2 pandangan yang berbeda tentang cinta, akupun jadi penasaran ingin memasuki dunia itu. Aku ingin buktikan sendiri pandangan mana yang benar dan apakah itu hanya omong kosong belaka dari mereka. Aku ingin merasakan langsung seperti apa yang namanya cinta itu dan bagaimana memperlakukan cinta itu dengan semestinya.
Ternyata memang kedua pandangan itu benar adanya
Semua yang mereka rasakan juga pernah aku rasakan ketika di mabuk asmara.
Cinta pertamaku membawa segunung tamparan bagi diriku untuk menghormati cinta yang agung dari Sang Maha Cinta. Cinta memang sebuah kata yang bermakna sakral, tidak boleh di permainkan, tidak boleh dijadikan bahan percobaan, tidak boleh hanya untuk memenuhi satu hati saja, tidak boleh dilakukan seenaknya saja, dan yang paling penting tidak boleh dilakukan dengan lawan jenis/ nonmuhrim yang belum terikat sah sesuai syariat.
Aku bisa banyak belajar setelah terkena tamparan dan teguran tersebut dari Ilahi. Selang waktu terus berjalan, tanpa terasa sudah tiga tahun lebih aku trauma mendengar kata-kata cinta. Aku membawa diri seperti dulu lagi. Menutup mata dan telinga terhadap virus ini. Sampai-sampai akupun tak menghiraukan bisikan yang disampaikan angin dari lelaki yang ingin mendekatiku. Sungguh benar-benar tersiksa menghapus luka itu. Luka hati bisa saja diobati dan disembuhkan, walaupun butuh waktu berhari-hari bahkan bertahun-tahun. Namun sekuat apapun usaha mengobati luka itu,tetap saja bekas luka itu ada dan tidak bisa disembuhkan secepat kedipan mata.
Disana aku bisa mengambil kesimpulan kalau cinta ini tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja. Cinta itu akan menghasilkan buahnya berdasarkan perlakuan yang di berikan.
Defenisi cinta itu tergantung kepada siapa yang memilikinya dan bagaimana ia memperlakukan cinta tersebut.
Jika dia memperlakukan dengan lemah lembut, maka cinta itu pun akan memperlakukan dirinya dengan lemah lembut
Jika dia memperlakukan dengan penuh tanggung jawab, maka cinta itu pun akan bertanggung jawab terhadap dirinya
Jika dia memperlakukan dengan hormat, maka cinta itupun akan menghormati dirinya
Begitupun jika dia memperlakukan dengan tulus ikhlas, maka cinta itu dengan tulus ikhlas terhadap dirinya
Allah itu maha benar, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan sebaliknya
Maka bagaimanapun kita perlakukan cinta itu, seperti itu jugalah balasan yang akan kita terima nantinya dari cinta.
Sehingga akupun terbangun dan tersadar dari tidur yang lama itu bahwa aku belum tepat mencintai cinta. Aku hanya menjadikan cinta sebagai bahan percobaan untuk menemukan jawaban dari pertanyaanku selama ini. Aku belum pantas memiliki cinta itu dan belum memperlakukan cinta tersebut dengan cara yang benar. Seandainya saja cinta itu mendapat pelayanan yang istimewa dan perlakuan yang tepat dari ku, mungkin aku akan memetik buah yang besar dan manis sekali. Tapi sekarang aku sadar bahwa belum tepat waktunya aku menanam bibit itu di dalam hatiku. Aku kan belum punya pasangan yang dipilihkan Allah langsung sebagai pendamping hidupku. Jika si Dia hanya sebagai hasil dari pilihanku saja tanpa berdiskusi dengan Allah, mana mungkin aku bisa meraih buah manis itu. Semuanya itu kan terjadi atas kehendak Allah SWT. Justru yang aku peroleh hanyalah teguran dan tamparan yang membuat bekas luka hati itu. Itulah hal yang berterbangan di pikiranku setelah memasuki dunia cinta pertamaku.
Sungguh benar-benar tidak se-simple jumlah hurufnya, namun begitu rumit dan panjang sekali jika harus dijelaskan dengan kata-kata.
Memang benar kalau cinta itu tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata,
 karena yang berperan disini bukanlah sekedar susunan huruf saja,
bukanlah kepintaran dalam merangkai huruf menjadi kata-kata yang indah,
bukanlah keahlian merangkai kata-kata menjadi kalimat yang indah,
bukanlah kepandaian merangkai kalimat menjadi bait puisi yang sedap di dengar lantunan nya.
Tapi cinta itu tidak dapat di pisahkan dari perasaan dan niat yang tersimpan dari dasar hati yang paling dalam. Oleh karena itu perbaiki niat dan cara memperlakukan cinta tersebut. Perlakukanlah cinta dengan sebaik-baiknya (kepada orang yang tepat, momen yang tepat dan halal, dengan cara yang terbaik, mencintai dengan tulus dan sepenuh hati), agar kita memperoleh perlakuan yang terbaik dan istimewa juga dari cinta tersebut.

###   $EK!@N   ###